AKARTA - Aliansi Independen Peduli Publik (ALIPP) melaporkan Gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Atut diduga melakukan korupsi pada bantuan hibah dan bantuan sosial.
Menurut Juru Bicara ALIPP, Suhada, pada APBD tahun 2011 Atut mengeluarkan kebijakan melalui Bantuan Hibah dengan jumlah fantastis sebesar Rp345 miliar yang dibagikan kepada 221 lembaga atau organisasi.
Selain itu, adapula program Bantuan Sosial senilai Rp51 miliar. Nilai hibah tahun ini kata Suhada jauh lebih besar dari tahun 2010 sebesar Rp240 miliar dan 2009 Rp14 miliar.
Kata Suhada, berdasarkan kajian dan analisa nama organisasi penerima Bantuan Hibah dan Bantuan Sosial, realisasi dan nilai yang dihibahkan ditemukan sejumlah kejanggalan yang mengarah pada tindak pidana korupsi.
"Kebijakan tersebut dilaksanakan tidak secara transparan, mengingat surat keputusan dan daftar alamat penerima, tidak menggunakan prinsip-prinsip transparansi," tuturnya.
Terdapat sejumlah nama lembaga atau organisasi penerima diduga fiktif dan nepotisme. Lembaga yang patut diduga fiktif dan nepotisme berasal dari keluarga dan kerabat Atut di antaranya PMI Provinsi Banten Rp900 juta yang diketuai oleh adik kandung Atut, Ratu Tatu Chasanah.
"KNPI Banten Rp1,5 miliar diketuai Aden Abdul Khalik yang merupakan adik tiri Atut, HIMPAUDI Rp3,5 miliar diketuai Ade Rossi menantu Atut, Tagana Banten Rp1,7 miliar diketuai Andika Hazrumi yang tak lain anak Atut, GP Anshor Tangerang Rp400 juta diketuai oleh Tanto W Arban menantu Atut," papar Suhada.
Dana Bantuan Hibah lainnya, lanjut Suhada, tidak jelas organisasinya diantaranya TPHD (Umroh) untuk 150 orang yang disebut tokoh yang menghabiskan dana Rp7,5 miliar, Safari Ramadhan menelan biaya Rp3,6 miliar. Padahal daftar penerima Bantuan tegas disebutkan nama organisasi bukan nama kegiatan.
Sayangnya, kata Suhada, kebijakan tersebut dilakukan di atas keterpurukan pembangunan di Banten.
"Mulai dari infrastruktur jalan yang rusak, gedung sekolah dasar ambruk, serta rendahnya pelayanan kesehatan yang nyata-nyata mengesampingkan azas kepatutan dan kepantasan," tuturnya.
Suhada menegaskan, atas kebijakan tersebut diduga terjadi kerugian negara dari dana bantuan hibah senilai Rp88 miliar dan bantuan sosial sebesar Rp49 miliar.
"Kebijakan Atut tersebut telah melanggar Peraturan Mendagri Nomor 32 tahun 2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial. Selain itu melanggar UU No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tipikor pasal 3. Kami meminta KPK segera melakukan proses hukum atas dugaan korupsi tersebut,” tegasnya
Menjarah Banten
Senin, 28 November 2011
kuropsi jamaah
Namanya Tb Chaeri Wardhana dia jarang diekspose dialah suami airin Rachmi Diany adik Atut yang menjadi motor kejahatan di Banten dan menyetor pad Golkar serta oknum Demokrat.
Minggu, 24 Agustus 2008 18:22 WIBTANGERANG, MINGGU - Kejaksaan Negeri (Kejari) Tangerang menjadwalkan akan memanggil adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Tubagus Heri Wardana alias Wawan terkait dugaan kasus korupsi pembangunan RSUD Balaraja.
Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasipidsus) Kejari Tangerang, Rakhmat Haryanto, Minggu (24/8) mengatakan, jadwal pemanggilan adik pejabat nomor satu di Provinsi Banten tersebut pada Senin (25/8).
“Wawan seharusnya memenuhi panggilan Kejari Tangerang pada Jumat (22/8) kemarin, namun berhalangan hadir karena harus menghadiri rapat Gabungan Pengusaha Konstruksi (Gapensi) Provinsi Banten,” ungkapnya.
Haryanto mengatakan, Wawan akan dipanggil dalam kapasitasnya sebagai saksi dalam dugaan tindak pidana korupsi pembangunan RSUD Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Sebelumnya, Kejari Tangerang telah menetapkan lima tersangka yang diduga kuat melakukan tindak pidana korupsi pembangunan rumah sakit pemerintah yang menghabiskan dana dekonsentrasi APBN 2006 sebesar Rp14,115 milyar tersebut.
Kelima tersangka tersebut antara lain, Kepala Dinas Kesehatan (Dinskes) Provinsi Banten, DBS, Pejabat Pembuat Komitmen Dinkes Provinsi Banten, NA, Direktur kontraktor proyek PT Glindingmas Wahana Nusa sebagai kontraktor proyek, JC, Kepala Proyek, DW dan konsultan pengawas proyek dari PT Cipta Sarana Mitra, AS.
Modus operandi yang dilakukan para tersangka yakni membuat laporan palsu secara bersamaan tentang kemajuan pembangunan RSUD Balaraja. Laporan kemajuan pembangunan tersebut untuk mencairkan dana ke Dinkes Provinsi Banten sebesar Rp 14,115 milyar padahal laporan kemajuan proyek tidak sesuai dengan bangunan fisiknya.
Kejaksaan menemukan hasil pengumpulan data dan survey lokasi yang menunjukkan sejumlah bangunan fisik tidak sesuai dengan laporan kemajuan proyek, di antaranya toilet, keramik lantai, saklar dan jaringan listrik.
Namun demikian, Haryanto menjelaskan, pemanggilan Wawan tersebut bersifat tidak mengikat dan akan mengubah penanganan kasus yang sudah mencapai tahap penyidikan itu. “Pemanggilan Wawan juga didasarkan keterangan tersangka JC, yang menyebut nama Wawan. Namun belum diketahui jelas peranan Wawan pada pembangunan RSUD Balaraja.”
Selain itu, Kejari Tangerang juga akan memanggil Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Hani Heryanto terkait perencanaan dan pembangunan rumah sakit milik Kabupaten Tangerang tersebut.
Ratu Atut Lebih Kaya Dari SBY
Jakarta - Kekayaan Atut dan keluarganya kini menjadi sorotan menjelang Pilkada Banten. Maklum Atut dengan menggandeng Rano Karno kembali mencalonkan diri untuk mempertahankan kursi gubernur.
Sejumlah kalangan mulai mempersoalkan banyaknya kejanggalan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Banten di bawah kepemimpinan Atut.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menemukan kerugian negara hampir Rp 1 triliun dalam penyelewengan APBD Banten tahun 2007-2010.
Teranyar menjadi sorotan adalah penggunaan dana hibah APBD Rp 391 miliar yang sebagian besar mengalir ke lembaga atau organisasi yang dipimpin oleh kerabat Atut sendiri. Kejanggalan dana hibah ini sudah dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lalu seperti apa kekayaan Atut? Atut termasuk gubernur yang kaya raya. Ia pernah masuk daftar dalam 25 gubernur terkaya di Indonesia. Pada tahun 2002, ia menjadi gubernur terkaya ketujuh dengan kekayaan Rp 17.810.707.822 .
Sementara gubernur terkaya nomor satu, saat itu diduduki oleh Rudolf Mazvoka Pardede Gubernur Sumut dengan kekayaan Rp 298.740.200.000.
Banyak pihak menduga kekayaan Atut sudah melimpah ruah setelah hampir 10 tahun memimpin Banten baik sebagai wakil gubernur hingga kini menjadi gubernur. Apalagi setelah sang ayah, Haji Tubagus Chasan Sochib atau Abah Chasan, meninggal dunia. Sang ayah yang memiliki banyak usaha dan kekayaan tentu turut mewariskan harta yang tidak sedikit untuk putri sulungnya ini.
“Pastinya meningkat kekayaannya atau hartanya. Apalagi kalau tidak salah ada 10 anggota keluarga trah Ratu Atut ini yang menjadi pejabat baik di daerah Banten atau pusat,” kata peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan kepada detik+.
Keluarga dan kerabat Atut memang menguasai Banten. Dari 8 kota dan kabupaten di Provinsi Banten, 4 di antaranya dikuasai kerabat Gubernur, yakni Tb Khaerul Zaman (adik Atut) sebagai Wakil Wali Kota Serang, Ratu Tatu Chasanah (adik Atut) menjadi Wakil Bupati Kabupaten Serang, Heryani (ibu tiri Atut) sebagai Wakil Bupati Pandeglang, dan Airin Rachmi Diany (adik ipar Atut) terpilih menjadi Wali Kota Tangerang Selatan.
Selain menguasai eksekutif, keluarga Ratu Atut juga menguasai parlemen. Sang suami, Hikmat Tomet, menjadi anggota DPR dari Golkar, lalu anak sulung Atut, Andika Hazrumy, menjadi anggota DPD.
Lalu juga Ade Rossi Chaerunnisa merupakan istri dari Andika juga menantu Atut menjadi anggota DPRD Kota Serang. Adik iparnya, Aden Abdul Khaliq, menjadi anggota DPRD Banten. Dan ibu tirinya, Ratna Komalasari menjadi anggota DPRD Serang. Sementara satu orang yang berasal dari PDIP, yaitu Ratu Ella Syatibi (adik sepupu Atut) menjadi anggota DPRD Banten.
Tapi berapa detail kekayaan Atut dan keluarga hingga kini belum bisa diketahui. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten belum memiliki data kekayaan Atut. Calon Gubernur yang menggandeng Rano Karno ini belum melengkapi administrasi laporan kekayaannya ke KPU.
Atut sudah mengisi formulir tentang laporan kekayaannya, hanya saja yang diisi hanya laporan kekayaan sebagai pejabat negara, bukan cagub.
Kekayaan Atut juga tidak bisa dilihat dari daftar LHKPN sejumlah pejabat negara di KPK. Maklum, alat untuk mengakses informasi ini rusak. “Sudah rusak dua minggu ini. Kita juga kurang tahu soal perbaikan IT-nya,” ujar salah satu petugas di KPK.
Namun dipastikan, menurut Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman, kekayaaa Ratu Atut sangat besar, apalagi melihat pengaruh dan kekuasaan Abah Chasan, yang menguasi sejumlah bisnis secara informal di Banten.
“Di Jakarta saja, menurut klien yang pernah saya tangani keluarga besar ini memiliki sebuah rumah mewah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, ini perlu dicek kembali,” ujarnya kepada detik+.
Pendapat Boyamin bukan tidak beralasan. Menilik harta kekayaan adik ipar Atut, Airin Rachmi Diany yang saat ini menjadi Walikota Tangerang Selatan, saat masih dalam status calon walikota, Airin merupakan kandidat terkaya dibandingkan dengan calon-calon lainnya. Airin berdasarkan daftar kekayaan para calon yang dirilis KPU Kota Tangerang Selatan memiliki kekayaan mencapai Rp 111 miliar.
Kekayaan adik ipar Atut ini di antaranya berupa beberapa mobil mewah seperti mobil Ferrari 2006, Mercedes-Benz 2008, Lamborghini 2009, Mini Cooper 2008, Toyota Alphard 2010, Porsche Panamera 2010, dan Honda Beat 2010, senilai Rp 22 miliar.
“Airin juga memiliki pertanian dan peternakan sebesar Rp 9 miliar, harta bergerak Rp 2 miliar, dan surat berharga Rp 10 miliar,” kata Ketua KPU Tangerang Selatan Imam Perwira Bachsan sebelum pelaksanaan pemungutan suara dalam Pilkada di Tangerang Selatan tahun lalu.
Dengan kekayaan yang mencapai belasan miliar tersebut, Ratu Atut dan Airin sangat mungkin mengungguli Presiden SBY. Berdasarkan catatan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) November 2009, SBY memiliki kekayaan senilai Rp 7,6 miliar dan US$ 269.730.
Sejumlah kalangan mulai mempersoalkan banyaknya kejanggalan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Banten di bawah kepemimpinan Atut.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menemukan kerugian negara hampir Rp 1 triliun dalam penyelewengan APBD Banten tahun 2007-2010.
Teranyar menjadi sorotan adalah penggunaan dana hibah APBD Rp 391 miliar yang sebagian besar mengalir ke lembaga atau organisasi yang dipimpin oleh kerabat Atut sendiri. Kejanggalan dana hibah ini sudah dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lalu seperti apa kekayaan Atut? Atut termasuk gubernur yang kaya raya. Ia pernah masuk daftar dalam 25 gubernur terkaya di Indonesia. Pada tahun 2002, ia menjadi gubernur terkaya ketujuh dengan kekayaan Rp 17.810.707.822 .
Sementara gubernur terkaya nomor satu, saat itu diduduki oleh Rudolf Mazvoka Pardede Gubernur Sumut dengan kekayaan Rp 298.740.200.000.
Banyak pihak menduga kekayaan Atut sudah melimpah ruah setelah hampir 10 tahun memimpin Banten baik sebagai wakil gubernur hingga kini menjadi gubernur. Apalagi setelah sang ayah, Haji Tubagus Chasan Sochib atau Abah Chasan, meninggal dunia. Sang ayah yang memiliki banyak usaha dan kekayaan tentu turut mewariskan harta yang tidak sedikit untuk putri sulungnya ini.
“Pastinya meningkat kekayaannya atau hartanya. Apalagi kalau tidak salah ada 10 anggota keluarga trah Ratu Atut ini yang menjadi pejabat baik di daerah Banten atau pusat,” kata peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan kepada detik+.
Keluarga dan kerabat Atut memang menguasai Banten. Dari 8 kota dan kabupaten di Provinsi Banten, 4 di antaranya dikuasai kerabat Gubernur, yakni Tb Khaerul Zaman (adik Atut) sebagai Wakil Wali Kota Serang, Ratu Tatu Chasanah (adik Atut) menjadi Wakil Bupati Kabupaten Serang, Heryani (ibu tiri Atut) sebagai Wakil Bupati Pandeglang, dan Airin Rachmi Diany (adik ipar Atut) terpilih menjadi Wali Kota Tangerang Selatan.
Selain menguasai eksekutif, keluarga Ratu Atut juga menguasai parlemen. Sang suami, Hikmat Tomet, menjadi anggota DPR dari Golkar, lalu anak sulung Atut, Andika Hazrumy, menjadi anggota DPD.
Lalu juga Ade Rossi Chaerunnisa merupakan istri dari Andika juga menantu Atut menjadi anggota DPRD Kota Serang. Adik iparnya, Aden Abdul Khaliq, menjadi anggota DPRD Banten. Dan ibu tirinya, Ratna Komalasari menjadi anggota DPRD Serang. Sementara satu orang yang berasal dari PDIP, yaitu Ratu Ella Syatibi (adik sepupu Atut) menjadi anggota DPRD Banten.
Tapi berapa detail kekayaan Atut dan keluarga hingga kini belum bisa diketahui. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten belum memiliki data kekayaan Atut. Calon Gubernur yang menggandeng Rano Karno ini belum melengkapi administrasi laporan kekayaannya ke KPU.
Atut sudah mengisi formulir tentang laporan kekayaannya, hanya saja yang diisi hanya laporan kekayaan sebagai pejabat negara, bukan cagub.
Kekayaan Atut juga tidak bisa dilihat dari daftar LHKPN sejumlah pejabat negara di KPK. Maklum, alat untuk mengakses informasi ini rusak. “Sudah rusak dua minggu ini. Kita juga kurang tahu soal perbaikan IT-nya,” ujar salah satu petugas di KPK.
Namun dipastikan, menurut Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman, kekayaaa Ratu Atut sangat besar, apalagi melihat pengaruh dan kekuasaan Abah Chasan, yang menguasi sejumlah bisnis secara informal di Banten.
“Di Jakarta saja, menurut klien yang pernah saya tangani keluarga besar ini memiliki sebuah rumah mewah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, ini perlu dicek kembali,” ujarnya kepada detik+.
Pendapat Boyamin bukan tidak beralasan. Menilik harta kekayaan adik ipar Atut, Airin Rachmi Diany yang saat ini menjadi Walikota Tangerang Selatan, saat masih dalam status calon walikota, Airin merupakan kandidat terkaya dibandingkan dengan calon-calon lainnya. Airin berdasarkan daftar kekayaan para calon yang dirilis KPU Kota Tangerang Selatan memiliki kekayaan mencapai Rp 111 miliar.
Kekayaan adik ipar Atut ini di antaranya berupa beberapa mobil mewah seperti mobil Ferrari 2006, Mercedes-Benz 2008, Lamborghini 2009, Mini Cooper 2008, Toyota Alphard 2010, Porsche Panamera 2010, dan Honda Beat 2010, senilai Rp 22 miliar.
“Airin juga memiliki pertanian dan peternakan sebesar Rp 9 miliar, harta bergerak Rp 2 miliar, dan surat berharga Rp 10 miliar,” kata Ketua KPU Tangerang Selatan Imam Perwira Bachsan sebelum pelaksanaan pemungutan suara dalam Pilkada di Tangerang Selatan tahun lalu.
Dengan kekayaan yang mencapai belasan miliar tersebut, Ratu Atut dan Airin sangat mungkin mengungguli Presiden SBY. Berdasarkan catatan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) November 2009, SBY memiliki kekayaan senilai Rp 7,6 miliar dan US$ 269.730.
PROF DR CHASAN SOHIB
Bagi mereka yang tinggal di Banten atau pernah tinggal di Banten, siapa yang tidak kenal Haji Hasan. Tokoh sentral Banten, pemimpin tunggal kelompok paling dominan di Banten yang sering disebut kelompok "Rau".
Pria asal Pabuaran, Kabupaten Serang, Provinsi Banten yang sering mencantumkan nama lengkapnya sebagai Prof. DR. (HC). H. Tubagus Chasan Sochib ini merupakan ayah dari Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten, Tubagus Hearul Jaman, Wakil Walikota Serang, dan Ratu Tatu Chasanah, Wakil Ketua DPRD Banten yang sedang bertarung di Pilkada Bupati Serang tanggal 9 Mei nanti, sebagai calon Wakil Bupati.
Pria berumur lebih dari 80 tahun ini juga merupakan mertua dari Hikmat Tomet, DPR RI. Kakek dari Andika Hazumi, DPD RI. Kakek Mertua dari Adde Rosi, Wakil Ketua DPRD Kota Serang. Dan istri dari Ratna Komalasari, anggota DPRD Kota Serang.
Selain disebut Haji Hasan, sebagai kehormatan gelarnya, Chasan Sochib juga sering disebut dengan nama Abah (penghormatan sebagai orang sepuh), Haji Kacong/Acong (ledekan tindakannya tidak sesuai dengan gelar haji-nya), Rau (merujuk pada tempat tinggalnya di kompleks Pasar Rau), Godfather (merujuk kekuasaan diduga melalui kekerasan) dan Gubenur Jendral (merujuk pada dugaan dia yang mengatur pemerintahan Provinsi Banten, Atut hanyalah boneka).
Terlepas dari nada miring yang selalu mengikuti tindakannya, Chasan Sochib merupakan contoh kesuksesan bagi mereka yang berkemauan teguh. Maju terus pantang mundur, tak peduli dengan omongan orang.
Chasan Sochib terlahir bukan dari keluarga kaya atau keluarga priyayi/bangsawan. Ia terlahir dari keluarga pedagang beras biasa di Pabuaran. Walau tidak kekurangan, tapi tidak berlebihan. Maka sekolah rakyatnya pun tak tamat, Chasan Sochib melanjutkan di pesantren. Juga tak tamat.
Menurut Sl, mantan aktivis LIRA Banten yang mendengar cerita dari jawara sepuh di Pabuaran, Kabupaten Serang, nama asli Chasan Sochib adalah Kasan. Sering disebut dengan nama Kasan Petromaks. Kata terakhir, karena tingkah laku Kasan yang suka mengamankan petromaks mushala ke pasar. Maklum, karena belum ada listrik, harga petromaks lumayan berarti.
Entah kenapa, Sl tidak menceritakan secara detail, Kasan terlibat perkelahian yang berujung kematian lawannya. Kasan pun dipaksa mengenyam pendidikan di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Soal pendidikan di Nusakambangan ini, dibenarkan juga oleh Ud, mantan bendahara Chasan Sochib sekitar tahun 1975-an. Hal senada juga diceritakan Ry, praktisi media di Banten. Ry juga bercerita tentang hijrahnya Chasan Sochib ke Kota Serang.
Selepas dari Nusakambangan, Kasan dikabarkan sering mengumpulkan pelaku kejahatan, seperti maling dan rampok. Di daerah Pabuaran, Ciomas dan Padarincang, namanya cukup ditakuti.
Saat itu Kabupaten Serang dipimpin Bupati Kaking. Hobinya berburu babi hutan di daerah Pabuaran, Ciomas dan Padarincang. Saat berburu, Kaking membutuhkan petunjuk jalan yang handal. Kasan lah yang sering dipilih Kaking.
Terkesan oleh kecakapan dan kehandalan kerja Kasan, Kaking memboyongnya ke Kota Serang. Kasan dijadikan penjaga kandang kuda dan perawat binatang piaraan Kaking, seperti buaya, beruang, harimau dan lainnya. Lama-lama, nama Kasan berubah menjadi Hasan.
Ternyata hasil kerja Hasan sangat memuaskan Kaking. Karirnya meningkat menjadi perwakilan Kaking dalam berdagang beras dari/ke Lampung. Tak lama dipromosikan kembali jadi tukang jingjing tas Kaking. Seperti buntut anjing, kemana Kaking pergi, tampak dibelakangnya Hasan menjingjing tas dan map.
Sinar keberuntungan memang sedang menimpa Hasan. Lingkup kerjanya bertambah menjadi tukang ngurus dokumen kontrak hingga ke pencairan dana proyek. Hasan jadi hapal seluk beluk bermain proyek. Kepercayaan pun datang. Hasan dipercaya Kaking memimpin proyek pembangunan pasar Anyer.
Di sini kecerdasan Hasan terlihat. Luas dan jumlah kios ia naikan, walau laporan ke Kaking tidak berubah masih sesuai rencana. Kios-kios di tempat strategis dikatakan sudah di beli orang, padahal dibeli sendiri. Keuntungan Hasan jadi berlipat-lipat, dari selisih penjualan kios antara laporan dan fakta di lapangan dan penjualan kios-kios strategis yang dibelinya dengan harga standar.
Ry menuturkan, dari keuntungan itu Hasan mendirikan CV Sinar Ciomas dan mulai bermain proyek. Proyek pertamanya membangun jembatan di Anyer senilai kurang lebih Rp1 miliar. Jembatan dengan teknologi baru peninggalan nenek moyang, dibuat dari gelondongan batang pohon kelapa. Tak terbayangkan berapa untungnya.
Nama Hasan semakin tersohor di dunia proyek. Bukan saja terkenal karena teknik membangunnya yang sering mencontoh peninggalan nenek moyang, tapi lebih terkenal karena gaya penawaran proyek yang sangat berbeda. Jika perusahaan lain memberikan penawaran dalam amplop tertutup, Hasan memberikan penawaran berbentuk minimal 2 orang berseragam hitam-hitam dan bersenjatakan golok.
Hasan tak lupa untuk memperkuat sisi sosial politiknya. Persatuan Seni Pencak Silat dan Seni Budaya Banten (PSPSSBB) didirikan, berisikan 11 peguron (padepokan) silat. PSPSSBB lebih dikenal dengan sebutan Markas Komanda (Mako) Pendekar. Hasan sendiri tidak punya peguron. Ia juga aktif sebagai kader Golkar. Tak lupa mendirikan organisasi kemasyarakatan lainnya, seperti yayasan dan LSM. Hubungan ke pusat pun dirambahnya.
Nama Hasan menanjak tinggi. Kekuasaannya terus bertambah. Kadin, Gapensi dan organisasi sejenis, jatuh satu per satu. Namanya bertambah jadi Haji Hasan atau Khasan. Tak lupa kebiasaan orang Banten, istri pun jadi empat. Asiknya, nomor empat sering berganti wajah.
Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya tupai juga. Haji Hasan terkena batunya saat Sampurna, orang Banten asli menjabat Bupati Serang. Sebuah cerita konyol tersiar. Saat Haji Hasan menekan Sampurna dengan gaya pendekarnya di ruang kerja Bupati Serang, Sampurna tersinggung.
Sampurna masih militer aktif, pistol selalu disimpan tak jauh darinya. Saat marah itu, Sampurna menodongkan pistol ke muka Haji Hasan. Haji Hasan lari terbirit-birit. Nama Haji Hasan sang penguasa proyek mulai meredum.
Sudah jatuh, tertimpa tangga. Kroninya di BNI dipindahkan, karena tersangkut kredit macet miliknya. Kabarnya, pengelola baru BNI Serang menempuh jalur hukum. Haji Hasan diisukan kena tahanan kota. Kekuasaan enggan mendekat. Ia pun dianggap mati suri. Untung anak-anaknya dari istri pertama di Bandung berkembang pesat (diceritakan lain kali).
Geliat pembentukan Provinsi Banten terasa kuat. Berawal dari selatan Banten (Lebak dan Pandeglang), bergerak ke utara (Serang, Cilegon dan Tangerang). Gayung pergerakan bersambut, tokoh-tokoh utara disambangi. Termasuk Haji Hasan yang sedang mati suri.
Sayang jawabannya sangat tak enak. "Ngimpi dia Banten rek jadi provinsi (mimpi kamu Banten mau jadi provinsi)," kata Haji Hasan seperti ditirukan Agus Setiawan, aktivis pembentukan Provinsi Banten. Haji Hasan pun dilewatkan oleh gerakan.
Gerakan pembentukan Provinsi Banten terlalu kuat untuk dibendung. Semua daerah telah sepakat. Diam-diam sekelompok motor gerakan berusia muda merasa takut. Soalnya, gerakan ini didominasi tokoh-tokoh dari selatan. Mereka takut kalau jadi Provinsi Banten akan terkuasai orang selatan.
Keputusan telah diambil, mereka sepakat memberikan gelar tokoh Banten ke Haji Hasan. Pemberian ini disambut dengan sangat gembira, Haji Hasan menyadari kesalahan langkahnya. Gerakan tandingan digelar, walau pun tujuannya tetap sama, pembentukan Provinsi Banten.
Gesekan, friksi dan konflik saling klaim wadah resmi pembentukan Provinsi Banten terjadi. Islah digelar di Sari Kuring, Kota Cilegon. Setelah memecahkan banyak gelas, kata sepakat dicapai. Wadah baru Badan Koordinasi (Bakor) Pembentukan Provinsi Banten terbentuk dengan ketua Tryana Samun. Tak ketinggalan Haji Hasan jadi pengurus inti. Di sini nama Haji Hasan mulai berubah jadi Chasan Sochib.
Provinsi Banten terbentuk, H. Tb. Chasan Sochib hidup kembali. Keluarganya di Bandung dipanggil ke Serang. Atut Chosiyah, anaknya terlihat sering menemani Hakamudin, Penjabat Gubernur Banten. Chasan merintis ulang kejayaannya.
Dua tahun lewat, pemilihan Gubernur Banten pertama digelar, masih menggunakan sistem suara DPRD. Atut kabarnya dipaksa mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur, berpasangan dengan Djoko Munandar, Wakil Walikota Cilegon saat itu.
Tim sukses ditebar melobi anggota DPRD. Tak lupa pasukan hitam-hitam (PHH) untuk menjaga lolosnya perjanjian hasil lobi. Isu bumi hangus merebak, jika Djoko-Atut tidak terpilih. Suasana pemilihan sangat mencekam. Akhirnya Djoko-Atut terpilih.
Chasan Sochib merengkuh kembali masa kejayaannya. Lelang proyek tak ada artinya. Penawaran berupa golok mencuat kembali. Membangun dengan teknologi peninggalan nenek moyang digunakan lagi. Kasus korupsi merebak kasat mata. Hukum hanya tersimpan di kantor jaksa dan hakim yang mulia.
Chasan Sochib memperpanjang namanya, jadi Prof DR (HC) H Tb Chasan Sochib. Belakangan kata HC dihilangkan. Isunya, setelah abah tahu kalau HC itu kepanjangan dari Honoris Causa alias gelar kehormatan. Bukan gelar asli. Mungkin dikira HC itu Haji Ciomas.
Menjelang pilkada langsung Gubernur Banten, Djoko tersangkut perkara korupsi Dana Perumahan Rp14 miliar. Sidang digelar, Djoko terbukti tidak memakan uang rakyat dan tetap divonis 2 tahun penjara. Atut menjadi Plt Gubernur Banten dan melenggang sebagai calon Gubernur Banten dari incumben.
Isu mengatakan Marissa Haque menang di pencoblosan, tapi kalah di PPK. Atut jadi Gubernur Banten. Masduki jadi wakilnya. Kabarnya Chasan hanya setengah main. Saat kampanye abah dikabarkan jalan-jalan ke Singapura. Isu diantara tim sukses, abah disembunyikan di salah satu rumah sakit dibilangan Pondok Indah, koma!!!
Kabarnya komando diserahkan ke Tb. Chaeri Wardana atau sering dipanggil Wawan, adik Atut Chosiyah. Ia juga yang memimpin penguasaan Kabupaten Tangerang berhadapan dengan incumben Bupati Ismet di pilkada langsung Bupati Tangerang. Airin, istri Wawan maju sebagai calon. Airin kalah telak. Angin memberitahukan, akibat perlawanan para jawara selatan yang tergabung dalam BPPKB Banten.
Chasan Sochib tak menyerah, saat pemilu, keluarganya mencalonkan diri besar-besaran. Hikmat Tomet dan Siti Romlah calon DPR, Andika Hazumi calon DPD, Tatu Chasanah dan Aden calon DPRD Banten, Adde Rosi dan Ratna Komalasari calon DPRD Kabupaten Serang. Tak satupun dari keluarga Chasan yang gagal di pemilu, semuanya lolos jadi legislatif.
Taring kekuasaan Chasan Sochib ditancapkan pula di Kota Serang lewat pilkada langsung. Anaknya Haerul Jaman dipasangkan dengan Bunyamin, mantan Bupati Serang. Pilkada yang berlangsung dua putaran itu, memunculkan Bunyamin sebagai Walikota Serang dan Haerul Jaman sebagai Wakil Walikota Serang.
Kini Bunyamin sedang diterpa isu pelengseran. Isu yang mencuat karena kesehatannya yang memburuk. Bunyamin terkena stroke dan penyempitan pembuluh darah. Tapi bagi sebagian warga Kota Serang, itu hanya sebuah dalih, Haerul Jaman ingin jadi Walikota Serang.
Besok Minggu, 9 Mei 2010, kemungkinan besar taring Chasan Sochib menancap pula di Kabupaten Serang. Taufik Nuriman, incumben berpasangan dengan Tatu Chasanah, anak Chasan. Hitungan di atas kertas, kalah hanya jika Allah berkehendak lain.
Sasaran berikutnya, Kota Tangerang Selatan. Airin sudah digadang-gadang kembali untuk mencalonkan diri oleh Rau. Walau pun belum jelas pasangannya, jalan sepertinya sudah terbuka lebar. Penjabat Walikota Tangerang Selatan, Shaleh MT dikenal sebagai antek paling setia Atut Chosiyah.
Sementara Kabupaten Pandeglang yang juga akan melaksanakan Pilkada Bupati tahun ini, bagi sebagian pengamat, hanya bonus permainan. Abah tidak serius menggarap Pandeglang yang miskin PAD-nya. Tapi Ratna Komalasari, istri ke 4 abah, terdengar ngotot ingin jadi Bupati/Wakil Bupati Pandeglang. Tak ketinggalan mantan istri Abah, entah yang keberapa, Ratu Iyet pun mempunyai hasrat yang sama.
Apakah keluarga Chasan Sochib atau sering disebut Dinasti Rau akan menguasai wilayah Banten? Wallahualam, semoga rakyatnya masih punya kemampuan melawan.
Terlepas baik atau buruk cara seseorang, fakta di atas membuktikan Prof DR H (HC) Chasan Sochib bukanlah orang bodoh, tapi orang cerdas dan jenius. Walaupun SD saja tidak tamat, jangan menganggap rem
Pria asal Pabuaran, Kabupaten Serang, Provinsi Banten yang sering mencantumkan nama lengkapnya sebagai Prof. DR. (HC). H. Tubagus Chasan Sochib ini merupakan ayah dari Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten, Tubagus Hearul Jaman, Wakil Walikota Serang, dan Ratu Tatu Chasanah, Wakil Ketua DPRD Banten yang sedang bertarung di Pilkada Bupati Serang tanggal 9 Mei nanti, sebagai calon Wakil Bupati.
Pria berumur lebih dari 80 tahun ini juga merupakan mertua dari Hikmat Tomet, DPR RI. Kakek dari Andika Hazumi, DPD RI. Kakek Mertua dari Adde Rosi, Wakil Ketua DPRD Kota Serang. Dan istri dari Ratna Komalasari, anggota DPRD Kota Serang.
Selain disebut Haji Hasan, sebagai kehormatan gelarnya, Chasan Sochib juga sering disebut dengan nama Abah (penghormatan sebagai orang sepuh), Haji Kacong/Acong (ledekan tindakannya tidak sesuai dengan gelar haji-nya), Rau (merujuk pada tempat tinggalnya di kompleks Pasar Rau), Godfather (merujuk kekuasaan diduga melalui kekerasan) dan Gubenur Jendral (merujuk pada dugaan dia yang mengatur pemerintahan Provinsi Banten, Atut hanyalah boneka).
Terlepas dari nada miring yang selalu mengikuti tindakannya, Chasan Sochib merupakan contoh kesuksesan bagi mereka yang berkemauan teguh. Maju terus pantang mundur, tak peduli dengan omongan orang.
Chasan Sochib terlahir bukan dari keluarga kaya atau keluarga priyayi/bangsawan. Ia terlahir dari keluarga pedagang beras biasa di Pabuaran. Walau tidak kekurangan, tapi tidak berlebihan. Maka sekolah rakyatnya pun tak tamat, Chasan Sochib melanjutkan di pesantren. Juga tak tamat.
Menurut Sl, mantan aktivis LIRA Banten yang mendengar cerita dari jawara sepuh di Pabuaran, Kabupaten Serang, nama asli Chasan Sochib adalah Kasan. Sering disebut dengan nama Kasan Petromaks. Kata terakhir, karena tingkah laku Kasan yang suka mengamankan petromaks mushala ke pasar. Maklum, karena belum ada listrik, harga petromaks lumayan berarti.
Entah kenapa, Sl tidak menceritakan secara detail, Kasan terlibat perkelahian yang berujung kematian lawannya. Kasan pun dipaksa mengenyam pendidikan di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Soal pendidikan di Nusakambangan ini, dibenarkan juga oleh Ud, mantan bendahara Chasan Sochib sekitar tahun 1975-an. Hal senada juga diceritakan Ry, praktisi media di Banten. Ry juga bercerita tentang hijrahnya Chasan Sochib ke Kota Serang.
Selepas dari Nusakambangan, Kasan dikabarkan sering mengumpulkan pelaku kejahatan, seperti maling dan rampok. Di daerah Pabuaran, Ciomas dan Padarincang, namanya cukup ditakuti.
Saat itu Kabupaten Serang dipimpin Bupati Kaking. Hobinya berburu babi hutan di daerah Pabuaran, Ciomas dan Padarincang. Saat berburu, Kaking membutuhkan petunjuk jalan yang handal. Kasan lah yang sering dipilih Kaking.
Terkesan oleh kecakapan dan kehandalan kerja Kasan, Kaking memboyongnya ke Kota Serang. Kasan dijadikan penjaga kandang kuda dan perawat binatang piaraan Kaking, seperti buaya, beruang, harimau dan lainnya. Lama-lama, nama Kasan berubah menjadi Hasan.
Ternyata hasil kerja Hasan sangat memuaskan Kaking. Karirnya meningkat menjadi perwakilan Kaking dalam berdagang beras dari/ke Lampung. Tak lama dipromosikan kembali jadi tukang jingjing tas Kaking. Seperti buntut anjing, kemana Kaking pergi, tampak dibelakangnya Hasan menjingjing tas dan map.
Sinar keberuntungan memang sedang menimpa Hasan. Lingkup kerjanya bertambah menjadi tukang ngurus dokumen kontrak hingga ke pencairan dana proyek. Hasan jadi hapal seluk beluk bermain proyek. Kepercayaan pun datang. Hasan dipercaya Kaking memimpin proyek pembangunan pasar Anyer.
Di sini kecerdasan Hasan terlihat. Luas dan jumlah kios ia naikan, walau laporan ke Kaking tidak berubah masih sesuai rencana. Kios-kios di tempat strategis dikatakan sudah di beli orang, padahal dibeli sendiri. Keuntungan Hasan jadi berlipat-lipat, dari selisih penjualan kios antara laporan dan fakta di lapangan dan penjualan kios-kios strategis yang dibelinya dengan harga standar.
Ry menuturkan, dari keuntungan itu Hasan mendirikan CV Sinar Ciomas dan mulai bermain proyek. Proyek pertamanya membangun jembatan di Anyer senilai kurang lebih Rp1 miliar. Jembatan dengan teknologi baru peninggalan nenek moyang, dibuat dari gelondongan batang pohon kelapa. Tak terbayangkan berapa untungnya.
Nama Hasan semakin tersohor di dunia proyek. Bukan saja terkenal karena teknik membangunnya yang sering mencontoh peninggalan nenek moyang, tapi lebih terkenal karena gaya penawaran proyek yang sangat berbeda. Jika perusahaan lain memberikan penawaran dalam amplop tertutup, Hasan memberikan penawaran berbentuk minimal 2 orang berseragam hitam-hitam dan bersenjatakan golok.
Hasan tak lupa untuk memperkuat sisi sosial politiknya. Persatuan Seni Pencak Silat dan Seni Budaya Banten (PSPSSBB) didirikan, berisikan 11 peguron (padepokan) silat. PSPSSBB lebih dikenal dengan sebutan Markas Komanda (Mako) Pendekar. Hasan sendiri tidak punya peguron. Ia juga aktif sebagai kader Golkar. Tak lupa mendirikan organisasi kemasyarakatan lainnya, seperti yayasan dan LSM. Hubungan ke pusat pun dirambahnya.
Nama Hasan menanjak tinggi. Kekuasaannya terus bertambah. Kadin, Gapensi dan organisasi sejenis, jatuh satu per satu. Namanya bertambah jadi Haji Hasan atau Khasan. Tak lupa kebiasaan orang Banten, istri pun jadi empat. Asiknya, nomor empat sering berganti wajah.
Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya tupai juga. Haji Hasan terkena batunya saat Sampurna, orang Banten asli menjabat Bupati Serang. Sebuah cerita konyol tersiar. Saat Haji Hasan menekan Sampurna dengan gaya pendekarnya di ruang kerja Bupati Serang, Sampurna tersinggung.
Sampurna masih militer aktif, pistol selalu disimpan tak jauh darinya. Saat marah itu, Sampurna menodongkan pistol ke muka Haji Hasan. Haji Hasan lari terbirit-birit. Nama Haji Hasan sang penguasa proyek mulai meredum.
Sudah jatuh, tertimpa tangga. Kroninya di BNI dipindahkan, karena tersangkut kredit macet miliknya. Kabarnya, pengelola baru BNI Serang menempuh jalur hukum. Haji Hasan diisukan kena tahanan kota. Kekuasaan enggan mendekat. Ia pun dianggap mati suri. Untung anak-anaknya dari istri pertama di Bandung berkembang pesat (diceritakan lain kali).
Geliat pembentukan Provinsi Banten terasa kuat. Berawal dari selatan Banten (Lebak dan Pandeglang), bergerak ke utara (Serang, Cilegon dan Tangerang). Gayung pergerakan bersambut, tokoh-tokoh utara disambangi. Termasuk Haji Hasan yang sedang mati suri.
Sayang jawabannya sangat tak enak. "Ngimpi dia Banten rek jadi provinsi (mimpi kamu Banten mau jadi provinsi)," kata Haji Hasan seperti ditirukan Agus Setiawan, aktivis pembentukan Provinsi Banten. Haji Hasan pun dilewatkan oleh gerakan.
Gerakan pembentukan Provinsi Banten terlalu kuat untuk dibendung. Semua daerah telah sepakat. Diam-diam sekelompok motor gerakan berusia muda merasa takut. Soalnya, gerakan ini didominasi tokoh-tokoh dari selatan. Mereka takut kalau jadi Provinsi Banten akan terkuasai orang selatan.
Keputusan telah diambil, mereka sepakat memberikan gelar tokoh Banten ke Haji Hasan. Pemberian ini disambut dengan sangat gembira, Haji Hasan menyadari kesalahan langkahnya. Gerakan tandingan digelar, walau pun tujuannya tetap sama, pembentukan Provinsi Banten.
Gesekan, friksi dan konflik saling klaim wadah resmi pembentukan Provinsi Banten terjadi. Islah digelar di Sari Kuring, Kota Cilegon. Setelah memecahkan banyak gelas, kata sepakat dicapai. Wadah baru Badan Koordinasi (Bakor) Pembentukan Provinsi Banten terbentuk dengan ketua Tryana Samun. Tak ketinggalan Haji Hasan jadi pengurus inti. Di sini nama Haji Hasan mulai berubah jadi Chasan Sochib.
Provinsi Banten terbentuk, H. Tb. Chasan Sochib hidup kembali. Keluarganya di Bandung dipanggil ke Serang. Atut Chosiyah, anaknya terlihat sering menemani Hakamudin, Penjabat Gubernur Banten. Chasan merintis ulang kejayaannya.
Dua tahun lewat, pemilihan Gubernur Banten pertama digelar, masih menggunakan sistem suara DPRD. Atut kabarnya dipaksa mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur, berpasangan dengan Djoko Munandar, Wakil Walikota Cilegon saat itu.
Tim sukses ditebar melobi anggota DPRD. Tak lupa pasukan hitam-hitam (PHH) untuk menjaga lolosnya perjanjian hasil lobi. Isu bumi hangus merebak, jika Djoko-Atut tidak terpilih. Suasana pemilihan sangat mencekam. Akhirnya Djoko-Atut terpilih.
Chasan Sochib merengkuh kembali masa kejayaannya. Lelang proyek tak ada artinya. Penawaran berupa golok mencuat kembali. Membangun dengan teknologi peninggalan nenek moyang digunakan lagi. Kasus korupsi merebak kasat mata. Hukum hanya tersimpan di kantor jaksa dan hakim yang mulia.
Chasan Sochib memperpanjang namanya, jadi Prof DR (HC) H Tb Chasan Sochib. Belakangan kata HC dihilangkan. Isunya, setelah abah tahu kalau HC itu kepanjangan dari Honoris Causa alias gelar kehormatan. Bukan gelar asli. Mungkin dikira HC itu Haji Ciomas.
Menjelang pilkada langsung Gubernur Banten, Djoko tersangkut perkara korupsi Dana Perumahan Rp14 miliar. Sidang digelar, Djoko terbukti tidak memakan uang rakyat dan tetap divonis 2 tahun penjara. Atut menjadi Plt Gubernur Banten dan melenggang sebagai calon Gubernur Banten dari incumben.
Isu mengatakan Marissa Haque menang di pencoblosan, tapi kalah di PPK. Atut jadi Gubernur Banten. Masduki jadi wakilnya. Kabarnya Chasan hanya setengah main. Saat kampanye abah dikabarkan jalan-jalan ke Singapura. Isu diantara tim sukses, abah disembunyikan di salah satu rumah sakit dibilangan Pondok Indah, koma!!!
Kabarnya komando diserahkan ke Tb. Chaeri Wardana atau sering dipanggil Wawan, adik Atut Chosiyah. Ia juga yang memimpin penguasaan Kabupaten Tangerang berhadapan dengan incumben Bupati Ismet di pilkada langsung Bupati Tangerang. Airin, istri Wawan maju sebagai calon. Airin kalah telak. Angin memberitahukan, akibat perlawanan para jawara selatan yang tergabung dalam BPPKB Banten.
Chasan Sochib tak menyerah, saat pemilu, keluarganya mencalonkan diri besar-besaran. Hikmat Tomet dan Siti Romlah calon DPR, Andika Hazumi calon DPD, Tatu Chasanah dan Aden calon DPRD Banten, Adde Rosi dan Ratna Komalasari calon DPRD Kabupaten Serang. Tak satupun dari keluarga Chasan yang gagal di pemilu, semuanya lolos jadi legislatif.
Taring kekuasaan Chasan Sochib ditancapkan pula di Kota Serang lewat pilkada langsung. Anaknya Haerul Jaman dipasangkan dengan Bunyamin, mantan Bupati Serang. Pilkada yang berlangsung dua putaran itu, memunculkan Bunyamin sebagai Walikota Serang dan Haerul Jaman sebagai Wakil Walikota Serang.
Kini Bunyamin sedang diterpa isu pelengseran. Isu yang mencuat karena kesehatannya yang memburuk. Bunyamin terkena stroke dan penyempitan pembuluh darah. Tapi bagi sebagian warga Kota Serang, itu hanya sebuah dalih, Haerul Jaman ingin jadi Walikota Serang.
Besok Minggu, 9 Mei 2010, kemungkinan besar taring Chasan Sochib menancap pula di Kabupaten Serang. Taufik Nuriman, incumben berpasangan dengan Tatu Chasanah, anak Chasan. Hitungan di atas kertas, kalah hanya jika Allah berkehendak lain.
Sasaran berikutnya, Kota Tangerang Selatan. Airin sudah digadang-gadang kembali untuk mencalonkan diri oleh Rau. Walau pun belum jelas pasangannya, jalan sepertinya sudah terbuka lebar. Penjabat Walikota Tangerang Selatan, Shaleh MT dikenal sebagai antek paling setia Atut Chosiyah.
Sementara Kabupaten Pandeglang yang juga akan melaksanakan Pilkada Bupati tahun ini, bagi sebagian pengamat, hanya bonus permainan. Abah tidak serius menggarap Pandeglang yang miskin PAD-nya. Tapi Ratna Komalasari, istri ke 4 abah, terdengar ngotot ingin jadi Bupati/Wakil Bupati Pandeglang. Tak ketinggalan mantan istri Abah, entah yang keberapa, Ratu Iyet pun mempunyai hasrat yang sama.
Apakah keluarga Chasan Sochib atau sering disebut Dinasti Rau akan menguasai wilayah Banten? Wallahualam, semoga rakyatnya masih punya kemampuan melawan.
Terlepas baik atau buruk cara seseorang, fakta di atas membuktikan Prof DR H (HC) Chasan Sochib bukanlah orang bodoh, tapi orang cerdas dan jenius. Walaupun SD saja tidak tamat, jangan menganggap rem
Langganan:
Postingan (Atom)